Teknik penyemaian dan pemeliharaan tanaman durian
Durian
termasuk buah yang banyak terdapat di wilayah Indonesia. Bukan hanya banyak
ditemui , penggemar durian pun mudah di jumpai di setiap kota. Durian merupakan
pohon yang berasal dari daerah melayu , sebelum di budidayakan durian adalah
tanaman liar yang di temukan di hutan Kalimantan , Sumatra dan Malaysia. Nama
durian sendiri di duga diambil dari kata duri dengan imbuhan akhiran –an. Buah
durian di kenal di asia tenggara sejak abad ke 7. Sedangkan penyebaran bibit
durian sampai kea rah barat seperti Thailand, birma, india dan Pakistan.
Ada
puluhan bibit durian dari berbagai jenis varietas yang di akui keunggulannya. Buah
durian memiliki aroma yang khas. pada umumnya hanya daging buahnya saja yang
dikonsumsi, padahal bunga dan biji nya pun bisa dikonsumsi. Bunga durian
biasanya dibuat oseng-oseng dinikmati bersama nasi, sedangkan bijinya di
manfaatkan sebagai keripik . sedangkan kulit durian biasanya dibakar digunakan
sebagai abu gosok.
Budidaya Durian
Dengan
banyak nya bagian dari durian yang dapat diambil manfaatnya, maka peluang untuk
budidaya durian perlu dipertimbangkan. Sebelum memulai budidaya, perlu
diperhatikan cara memperoleh bibit apakah menyemai dari biji atau dari stek.
Apabila di peroleh dari biji, maka harus menyediakan tempat penyemaian dan
teknik pemeliharaannya. Biji durian yang akan dijadikan bibit harus dibersihkan
terlebih dahulu dari daging buah dan dikeringkan sampai air yang terdapat pada
biji tidak ada.
Sebelum
di tanam bibit durian yang berasal dari biji perlu di kencambahkan dulu .
penyemaian dapat dilakukan dengan cara biji di dider dalam kotak/plastik,
dengan menggunakan media tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1 kemudian di
aduk rata, biji durian dikubur sedalam dua kali besar biji durian tersebut.
jarak penyemaian antara satu biji dengan biji yang lain adalah 2-3 cm. setelah
biji di kubur dalam tanah, segera siram bibit dengan air secukupnya, jangan
sampai menggenang karena bisa menimbulkan kebusukan.
Perawatan Bibit Durian
Bibit durian yang telah disiram kemudian disemprot dengan larutan fungisida, kemudian
kotak sebelah atas ditutup plastik supaya kelembabannya stabil. Setelah 2-3
minggu biji akan mengeluarkan akar dengan tudung akar langsung masuk ke dalam
media yang panjangnya ± 3-5 cm. kemudian tutup sudah dapat dibuka, ambil bibit
yang sudah besar dan pindah ke tempat pembesaran seperti pot, canter bag atau
polybag.
Sebaiknya
bibit durian yang baru di pindah pada media pembesaran, jangan dulu terpapar
sinar matahari secara langsung, karena akan berakibat bibit tersebut layu
dikarenakan belum bisa beradaptasi. Setelah bibit besar umur sekitar 3 bulan
sudah dapat beradaptasi dengan baik. Pengolahan Media Tanam 1) Persiapan
Penanaman durian, perlu perencanaan yang cermat.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah pengukuran pH tanah, analisis tanah, penetapan
waktu/jadwal tanam, pengairan, penetapan luas areal penanaman, pengaturan
volume produksi. 2) Pembukaan Lahan Pembersihan dan pengolahan lahan dilakukan
beberapa minggu sebelum penanaman bibit berlangsung. Batu-batu besar,
alang-alang, pokok-pokok batang pohon sisa penebangan disingkirkan. Perlu
dibersihkan dari tanaman liar yang akan menganggu pertumbuhan. 3) Pembentukan
Bedengan Tanah untuk bedengan pembesaran harus dicangkul dulu sedalam 30 cm
hingga menjadi gembur, kemudian dicampur dengan pasir dan kompos yang sudah
jadi.
Untuk
ukuran bedengan lebar 1 m panjang 2 m, diberi 5 kg pasir dan 5 kg pupuk kompos.
Setelah tanah, pasir dan kompos tercampur merata dan dibiarkan selama 1 minggu.
Pada saat itu juga tanah disemprot Vapan/Basamid untuk mencegah serangan
jamur/bakteri pembusuk jamur.
Di
sekeliling bedengan, perlu dibuatkan saluran untuk penampung air. Jika bedengan
sudah siap, biji yang telah tumbuh akarnya tadi segera ditanam dengan jarak
tanam 20 x 30 cm. Penanaman biji durian dilakukan dengan cara dibuatkan lubang
tanam sebesar biji dan kedalamannya sesuai dengan panjang akar masing-masing.
Setelah biji tertanam semua, bagian permukaan bedengan ditaburi pasir yang
dicampur dengan tanah halus (hasil ayakan) setebal 5 cm. 4) Pengapuran Keadaan
tanah yang kurang subur, misalnya tanah podzolik (merah kuning) dan latosol
(merah-coklat-kuning), yang cenderung memiliki pH 5 – 6.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar